Semarang
Posted On Sabtu, 24 September 2011 at pada 13.30 by Ûrrí ÐÃhh GêÐhèéKota Semarang adalah ibukota Provinsi
Jawa
Tengah, Indonesia. Semarang merupakan kota yang
dipimpin oleh wali kota Drs. H.
Soemarmo HS, MSi dan wakil wali kota Hendrar
Prihadi, SE, MM. Kota ini terletak sekitar 466 km sebelah timur Jakarta, atau 312 km sebelah barat Surabaya, atau 624 km sebalah barat daya
Banjarmasin (via udara).[3]
Semarang berbatasan dengan Laut
Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan Kabupaten Kendal di barat.
Sejarah :
Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-8 M, yaitu daerah
pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan
bagian dari kerajaan Mataram Kuno.
Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya
terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga
sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu
membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini
dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan
berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan
Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho
bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng
Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi
dan disebut Kelenteng Sam Po Kong
(Gedung Batu).
Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan
Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I),
untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke
waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah
pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga
memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.
Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan
gelar Kyai Ageng Pandan
Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang
bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan
Bayat atau Sunan
Pandanaran II atau Sunan
Pandanaran Bayat atau Ki
Ageng Pandanaran atau Sunan
Pandanaran saja). Di bawah pimpinan Pandan Arang II,
daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat,
sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang.
Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan
untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten.
Pada tanggal 2
Mei 1547
bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12
rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai
hari jadi kota Semarang.
Kemudian pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada
VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia
mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai
hutangnya lunas. Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada
VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk
merebut Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik VOC
dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.
Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang dikepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari.
Tahun 1946 Inggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda. Ini terjadi pada tanggal l6 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, wali kota Semarang sebelum proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Namun para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian di luar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R Patah, R.Prawotosudibyo dan Mr Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti di masa kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementerian Dalam Negeri di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan.
Posting Komentar